Lembaran Gobanpun Melayang by : Boy Refa Redo

Lembaran Gobanpun Melayang
bu : Boy Refa Redo


suatu malam ditempat sebuah hiburan, aku duduk disudut ruang
Kunyalakan rokok sebatang kuhisap dalam-dalam. Waktu itu diluaran sedang hujan,
mampirlah aku sebentar

Ditengah-tengah ruang. Lampu berkedap-kedip, pengunjungnya berjingkrak-
jingkrak riang.
Ada yang berpelukan, ada kepalanya digeleng-gelengkan.
Mengikuti suara irama musik yang menggelegar - gegar.

Sebatang rokok yang kuhisap kini tinggal puntung dijemari tangan..
Diluaran kudengar derai hujan makin kencang.
Seirama musik kemudian, seorang wanita berambut pirang datang. Ia menghampiriku
lalu menanyakan :
" Sendirian bang, saya temani ya bang "

Kunyalakan lagi rokok sebatang. Kupandangi wajahnya yang cantik, tubuhnya yang
sintal, dan rok mininya yang membuatku tidak karuan.
Lalu kujawab dengan ringan : " Ia dik saya sendirian, boleh, silahkan."

Suara musik menggelegar makin kencang, pengunjung yang berjingkrak-jingkrak seperti
kesetanan. Bergoyang-goyang, berpasang-pasangan.

Mau minum dik, pesan saja sama pelayan nanti semua saya yang bayar. Kataku dengan
wajah yang hampir bersentuhan.
Aku semakin tak karuan, aromanya membuat kelelakianku seakan tertantang.
Kami mengobrol saling berhadapan, tak henti-hentinya mataku memandanginya dalam
keremangan.
Diluaran, hujan yang turun kini sudahan.

Malam semakin malam, riuh gaduh ruang kian hingar-bingar. Disudut ruang paling remang ia
menggenggam jemariku berbisik ditelingaku.
Dan akupun mengangguk setuju.
Lalu kamipun melangkah menuju satu ruang.
Tiba-tiba telepon selulerku berteriak nyalang. Satu pesan masuk, akupun tersadar.
Aku pamit pulang dengan hati kesal, delapan lembar gobanan dalam sekejap melayang.
Terbang.
Diperjalanan pulang kusumpah-serapahi hujan.

"Ah dasar tidak punya Iman ", celoteh genangan tetesan air hujan.
Aku nyengir tertahan, lalu tancap gas meluncur dengan kencang. Pulang



by : Boy Refa Redo