Pagi mengepak-ngepakkan sayap, malampun lekas bergegas. lenyap.
Embun-embun dengan liar mencumbui daun-daun, berpacu dalam waktu
yang sedikit menyisa.
Lelaki tua itu masih saja memanggil-manggil malam.
mempuisikan rembulan, menyanjung-nyanjung purnama.
Lalu dengan sangat rakus "Matanya," melahap semua yang ada.
Tubuh-tubuh sintal, bibir-bibir ranum, wajah-wajah centil yang menggoda.
Mengibaratkan dirinya bintang yang bersinar paling terang.
Sementara waktu telah lama merampas masanya.
Menjadikannya gemintang yang teredup di sisi raga.
Lelaki tua itu lupa, lupa pada tubuh yang renta.
Lupa pada rambut yang memutih di kepala.
Lupa pada bandit kecil yang terkulai lemah,
menunduk tak berdaya dalam kain sarungnya.
Engkau bukan lagi lelaki di sajak senja, yang di sisinya jingga.
Engkau lelaki rapuh yang mau rubuh sebelum sajak subuh.
by. Budhi Muliansyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar