sebab puisi
sebab puisi, bola itu menggelinding jadi hamparan
Hutan yang tersangkut di ubun-ubun kepala,
angin yang bertiup di cerobong hembusan nafas,
hingga laut yang menggelora setiap kali kau berkata.
Disinilah awal permukiman itu terjadi
Lukisan bait-bait cinta, hingga derama itupun berlanjut
menapak langkah di gurun-gurun sepi.
Sebab puisi adalah irama musik silih berganti
tut-tut yang selalu kita tekan dawai-dawai yang selalu
kita petik, hingga tarian hujan menggeliat di riuh-riuh
tak bertuan.
Kisah-kisah pencarianpun bertemu mengurai babak-babak baru
Perkwinan bunga, perburuan perawan rimba,
persembunyian kala badai menelusuk di celah-celah goa.
Hingga sepercik darah tertumpah untuk yang pertama.
Sebab puisi orang-orangpun berjalan mencari wajah
beribu topeng dikenakan dan di pasang melintasi
bintang-bintang
masih saja puisi tak mampu kau sembunyikan
ketika arah mata pena tertikam di terminal persinggahan
Ia akan menggelepar bagai bayi yang baru di lahirkan
sepekik jerit tangis di tengah suara-suara tawa tak berkepala
Sebab puisi juga ketukan tanga-tangan kasihNya
semoga kita mendengarkannya.
by. Refdinal Kelana Mimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar