Kau layangkan sebuah malam, ketika aku terkunci merapat diam
lalu lalang yang menghimpit, lambaian daun daun di persinggahan
Aku kehilangan bentuk sejenak dalam wujud.
Kita menepikan sauh untuk sebuah renung yang menenung
Lalu menggaris pasir-pasir di pantai mengenduskan bila
tanda-tanda tak lagi mati
Atau pulau ini tak kan pernah ada penghuni
Tapi bagaimana kau akan membagi nafas
Bila sesak menyebak Biru mengungkung haru
sedang hamparan masih sehijau lahan tuk bertanam
kenangan di sini telah bermukim
helaian pucuk ilalang, dan buliran bernas rumput-rumput padi
aku menanti kau di ujung pematang saat senja mulai merapat
di sela-sela dangau
Kita mengetuk, dan sejenak melengkapi temaram langit
dengan ungu dan merah muda
Biar saja bila lukisan tua itu masih menggantung
hanya sedikit debu dan selembut raih tangan
semua akan kembali terpajang dan menayang
Tentu, kita akan selalu begitu akrab dengan jajak
Mengenangkan saat angin dan rangkul di beranda
dan petikan puisi cinta menghinggap
terlipat rapi di buku-buku hari
hingga mentari kembali tersenyum
mengaltarkan serangkai mimpi yang masih terpesankan
Dalam lelap dan jejak sejenak gemuruh riuh telah terjinakkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar