Kejalan anakku
begitu angin membawa saat kulepas didepan pintu
bila gerbang kampus telah dikunci, diktat dan
bukubuku tak lagi setajam belati
gejolak gelegar magma membuncah tak tahankan lagi
melangkahlah menyikap paredilan nurani
Bacakanlah didiam kata tak menyuara
Negri yang terbelah, segelimang berfoya
sanggahana para penguasa, karena lelap
terbuai harta dan tahta
Segelimang terseok tatih menyeret nasib
untuk segenggam nasi bersua
Menjerit nenembus langit tanpa suara
Kejalan anakku
Perlahan kau telah mengerti semua
selalu begitu bila kebijakan dan obral janji membatu
Mereka menyauk sisa disekarat tetes darah jelata
untuk ditransfusi para koruptor yang sesaat sekarat
saat diperiksa lalu, kembali tertawa bersama
karena telah dilupa
Bercerminlah dijejak senior para pendahulumu
menghimpunlah bila lukaluka papa semakin menganga
jangan sekali pernah mengharap bintang jasa
cukuplah bila lusuh kaki yang berlumpur
legam kulit bermandi matahari
ketika pulang masih bisa tersenyum
bila hargaharga tak membumbung
Kejalan anakku
bila sealiran darah dinadimu harus tumpah
Ibu merela secabik perban atau kafan siap dirumah
by. Refdinal Kelana Mimpi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar