Aksara Kembara
Sabtu, 12 April 2014
MANUSIA MANA - by : Topan Kejora
MANUSIA MANA
oleh : Topan Kejora
Manusia mana yang menolak matahari
Apa lagi menjadi pemimpin sebuah negeri
Di kampungku saja orang rela mengantri
Demi memperebutkan satu buah kursi
Juga menjadi seorang pegawai negeri
Hingga karyawan serta karyawati
Atau bahkan menjadi seorang TKI
Walau tak sedikit tersandung kasus Korupsi
Bahkan hingga terjerat hukuman mati
Manusia mana yang menolak berbakti
Apa lagi menjadi setengah dewa yang suci
Di tempatku saja banyak yang seperti ini
Demi mengabdi rela menghambakan diri
Juga menyerahkan kepala di sana kaki di sini
Hingga menjadi tumbal politik dagang sapi
Atau ia memang gemar membuat sensasi
Walau hanya menjadi boneka rezim transisi
Bahkan jadi santapan hiu samudera tak bertepi
Manusia mana yang tak bisa bernyanyi
Apa lagi hanya sekedar membaca puisi
Di negara demokrasi itu bagian hak asasi
Demi mimpi reformasi atau restorasi
Juga demi cita-cita luhur bangsa sendiri
Hingga nanti akan selalu indah bersemi
Walau hati kadang tiada secerah matahari
Bahkan kicauan burung terasa semakin sunyi
***
Topan Wahyudi Asri,
Akar Rumput – Kalimantan Barat.
Indonesia
(09 April 2014)
Ilustrasi diambil dari Internet
PETISI KAMI - by : Topan Kejora
PETISI KAMI
oleh : Topan Kejora
Kalian sibuk bicara koalisi
Saat anak kami lauk indomi
Kalian asik hitung kursi
Sedang kami menghitung hari
Kalian beri kami mimpi
Ada masa kami tagih janji
Kalian harus mawas diri
Karena kami bukan barang mati
Kalian tak akan mendominasi
Karena dominasi itu milik kami
***
Topan Wahyudi Asri,
Akar Rumput – Kalimantan Barat.
Indonesia
09 April 2014
Ilustrasi diambil dari Internet
Dan aku mencoba merangkainya - oleh : Budi Riyanto
Dan aku mencoba merangkainya
oleh : Budi Riyanto
Satu demi satu dari yang sudah terberai
disini kembali kurangkai lagi
agar senyum yang kemarin hilang,,,,,,,
terbawa angin menepi
dan kembali menghias manis senyummu selama ini
Andai segala luka pernah tergores
dan lukakan hatimu
dan kubur senyummu
dalam bekunya langkahmu
Cairkan,,,,cairkanlah
bersama sapanya mentari pagi
yang menyinari, segala galaumu dulu
dan kembalikan lagi senyum dibibirmu
lukamu kan kuobati kini,,,,,,
Yakinlah takkan tergores lagi
sembilu itu kubuang jauh kini,,,,,
sejauhnya jauh
kupendam dalam-dalam
sedalamnya dalam
yang tak terukurkan,,,,,
dalam angka-angka ukuran
Janjiku,,,,,
seperti mentari
yang tak pernah ingkar janji
yakinlah aku bsa menepati,,,,
Takkan ada lagi segala sembilu
yang akan menyayatmu
takkan ada lagi itu, yang menyakitimu
saat lukamu terobati sudah
takkan kubiarkan lagi hatimu
meneteskan darah
akan sayatan-sayatan kecil
kuku-kuku hitamku selipkan sembilu
Kurangkai kurajut sudah
telah kubalut lukamu yang merah
untuk buatmu kembali,,,,
sunggingkan senyum merekah,,,,,
Yakinlah,,,,,aku bisa menepati.-
* * *
Ilustrasi diambil dari Internet
PENYULAM MIMPI - by : Topan Kejora
PENYULAM MIMPI
oleh : Topan Kejora
Bersama jemari angin kau tengah menyulam mimpi
Di bentang bundar itu ragam kisah terangkai
Sepanjang timur ke barat jarum waktu menghujam
Deras. Usai tunaikan subuh sekeras hati mengusir pejam
Dan hiajab itu telah menyatu membungkus anugerah
Marwah termewah. Hanya sekilas melirik paras indah
Pada cermin yang merindu lengkung ayu itu
Tumpukan buku dan malaikat berbaju kepompong
Yang tergeletak menanti takdirnya adalah sekarang
Harta terindah sejak syahadat terikat. Ada desah
Waktu mulai mengayuh langkah saat langit terang tanah
Kau tahu, sesungguhnya betapa rapuh bayang-bayang
Setiap pagi dan malam-malam yang di jelang
Tapi bukankah semua mahluk harus memintal benang
Seperti aku yang selalu mencatat isyarat waktu
Dan kamu yang selalu ikhlas meyulam mimpi itu
Hingga waktu berhenti mengejarmu
***
Topan Wahyudi Asri,
Sijangkung – Kalimantan Barat.
Indonesia
(09 April 2014)
Ilustrasi diambil dari Internet
(tanpa judul) - by : Rhyn Rhien Nie
(tanpa judul)
oleh : Rhyn Rhien Nie
Dan pada puisiku yang paling merindu
Bait baitku tergelak
Menyambut kehadiranmu
Ada binar meyeruak
Berrasa indah
Kehingarbingaran tercipta sudah
Penuhi ruang hati
Akupun mulai berunding dengan waktu
Maukah kau berjalan lambat
Untuk temani rindu ini
Biarkan kami berbaur mencium wanginya pertemuan
Untuk waktu yang tak kau belenggu
Dan kini
Lindap hati terberai
Usai satu kecupan didahi
Dan rindupun terkulai
Aku tak ingin tinggal dijeruji jarak lagi
* * *
rhyn*
09 April 2014
Ilustrasi diambil dari Internet
(tanpa judul) - by : Didid Smile Peace
(tanpa judul)
oleh : Didid Smile Peace
Setumpuk catatan dosa…
menyebar berserakan…
Lusuhlah warna putih…
Ternoda tumpahan warna hitam legam…
Kusamnya kilau permata…
Berlumur cairan dosa…
Gelak tawa tipu daya iblis…
Berpesta pora rayakan kemenangan…
Bisikan cumbu rayu menuntun pada lembah kesesatan…
Tertatih langkah mata hati…
meraung tatkala mencari cahaya di kegelapan…
Wahai ALLAH…ku sebut namaMU dalam doa…
hamba kalah…tak mampu menutup mata oleh kilau gemerlap dunia…
hamba tak ubahnya sebutir debu…
mudah terhempas terombang ambing oleh desiran badai…
Wahai ALLAH…tuntunlah hamba menuju jalan lurus…
hamba bertaubat…padaMU hamba kembali…
Wahai ALLAH…kabulkanlah doa hamba…
amin…
* * *
10 April 2014
Ilustrasi diambil dari Internet
Tak Lagi Cinta - by : Syafri Naldi
Tak Lagi Cinta
oleh : Syafri Naldi
Dan bila cinta tak lagi menganak padu
mendidihkan rindu
melahirkan temu
usah kau bergelut dalam sisa hujan
mendongkrak sendu
bingkai saja dalam selembar kertas
agar kutahu bagaimana mengisi waktu
mengukir cerita baru
Jangan lagi mengulur waktu
katamu cinta kini meragu
kataku cinta meramu ambigu
gagu
penuh desas-desus daun disapu semilir angin candu
mengoyak syahdu
Hampir seluruh senja kita kecap
memainkan bulir-bulir embun pagi
mengisi kekosongan sepi di malam hari
bahkan panas matahari telah sama-sama kita tangisi
kini, kau bilang tak lagi cinta
akh, bagaimana mungkin aku bisa percaya
kau tak lagi cinta
* * *
10 April 2014
Ilustrasi diambil dari Internet
Langganan:
Postingan (Atom)